Wednesday 29 April 2009

The Bitch and The Beast

Long-long ago there was a bitch. She was a famous bitch in her country, not only that she was beautiful and rich. Tetapi semua orang menjauhinya. Dia merasa hal itu sangat pantas karena she was dirty. Dia sering menangis di malam hari, seorang diri. Dia terpaksa menjadi bitch because her families juga merupakan kumpulan bitch.

Malam itu dia kembali menangis, terus-menerus sampai akhirnya tertidur. Dia bermimpi melihat the beast sedang dijauhi dan diejek oleh semua orang hanya karena dia buruk rupa. The bitch memandang the beast dengan perasaan iba, the beast juga balik memandangnya. Seketika itu juga dia bangun dari tidurnya.

Keesokan harinya terdengar kabar bahwa di negeri seberang ada tinggal the beast yang sangat buruk rupa dan menakutkan sesuai dengan namanya. The beast hidup menyendiri tidak ada orang yang mau dan berani menemuinya karena menurut mereka the beast sadis seperti wajahnya. Mendengar kabar itu the bitch memutuskan untuk menemui the beast. Dia bertanya ke semua orang tentang the beast walau dia harus mendapat banyak cercaan.
Setelah menemukan tempat tinggal the beast di negeri seberang, the bitch sangat terkejut. Di hadapannya berdiri rumah yang sangat megah seperti rumahnya sendiri begitu pun halaman rumahnya yang sangat luas. Ketika dia masih dalam keadaan yang terkagum-kagum sekaligus masih terkejut datanglah seseorang
berkerudung dan berjubah hitam dari dalam rumah.

"Siapa yang kau cari?" tanya orang tadi dingin tanpa menyuruh the bitch masuk ke pekarangan rumahnya. The bitch yang sudah buyar dari keterkejutannya langsung menjawab, "The beast, saya mencarinya."
"Urusan apa?" tanya orang itu lagi. Sesekali the bitch berusaha melihat wajah di balik kerudung itu.
"Saya ingin berteman dengannya," jawabnya mantap.
"Pulanglah!!!" bentak orang itu kasar lalu cepat-cepat membalikkan badannya.
"Tunggu, apa benar ini tempat tinggal the beast?! Saya benar-benar ingin berteman dengannya!" desak the bitch.
"Pulanglah!! Kau tidak akan mau berteman dengannya!!," bentak orang itu lagi.
"Kenapa?!!" tanya the bitch marah.
Orang itu membalikkan badannya lagi menghadap the bitch. Dia lalu membuka kerudungnya. "Karena aku the beast," katanya. Tampaklah wajah yang sangat buruk rupa sama seperti yang dibicarakan orang selama ini. Wajahnya terlihat sedih.
The bitch tidak terkejut, dia mendekat dan menyentuh wajah the beast dari balik pintu gerbang. "Apa kau mau menjadi temanku?" tanya the bitch lembut. The beast terharu mendengarnya.

Sejak itu the bitch dan the beast menjadi akrab, mereka menceritakan masalahnya masing-masing. The bitch merasa senasib dengan the beast begitu juga sebaliknya, hanya karena beda faktor saja mereka dikucilkan. Orang yang mempunayai penderitaan yang sama dengan the bitch lah yang paling mengerti dia, dan orang itu adalah the beast . The bitch selalu menemui the beast, dia tidak peduli walau akhirnya diusir keluarganya karena dia dianggap membawa penyakit dari the beast.
The bitch akhirnya tinggal bersama the beast. Mereka falling in love and then marriage. Meskipun the beast tidak berubah menjadi pangeran tampan seperti cerita 'Beauty and The Beast' namun cinta mereka tetap abadi sampai istirahat mereka yang damai .

Kenangan yang tersisa dari mereka di dunia ini hanya sebuah puisi yang dibuat the bitch untuk the beast saat mereka menikah,

'People think that your face is your reflection
with that face you cry, with that body you angry

People think that you face is your personality
with that face you insult youself, with that body you hurt yourself

People think that outside is better than inside
with that fate you hide yourself, with that deed you hate everyone

People think that you are a junk
with that fate you act as no soul, with that deed you dig your own grave

People think that you are cursed
with that big talk you act like an evil, with that rubbish you hate God

Your pain is my pain. Your sighs are my sighs. Their gibes are my gibes too

People think that we are diseases
with that destiny we met, with that comparison we love each other... Forever'

No comments:

Post a Comment